Kepala badan mata-mata Israel kunjungi AS di tengah upaya untuk membersihkan warga Palestina dari Gaza – laporan

Dari Harian The Guardian Updates 13.11 EDT, July 18, 2025

Kepala badan mata-mata Mossad Israel telah mengunjungi Washington minggu ini karena Israel meminta bantuan pemerintahan Trump untuk memindahkan warga Palestina keluar dari Gaza, menurut laporan dari Axios yang mengutip dua sumber yang mengetahui masalah tersebut.

Menurut laporan berita dari Axios tersebut, kepala dinas mata-mata, David Barnea, mengatakan kepada utusan Gedung Putih Steve Witkoff bahwa Israel telah berbicara khususnya dengan Ethiopia, Indonesia, dan Libya.

Pemerintah Israel dituduh melakukan pembersihan etnis di Gaza, dengan tujuan yang dinyatakan untuk merebut seluruh jalur tersebut, mendeportasi warga Palestina dari wilayah tersebut, dan menduduki Gaza tanpa batas waktu.

Meskipun pemerintah Israel  mengklaim “relokasi” semacam itu akan bersifat “sukarela”, para ahli hukum menggambarkannya sebagai “rencana untuk melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan”.

Rencana Israel untuk memindahkan seluruh penduduk Gaza ke dalam apa yang mereka sebut sebagai kamp “kemanusiaan” di tengah reruntuhan Kota Rafah sebelum menerapkan rencana relokasi paksa melanggar hukum internasional, Michael Sfard, salah satu pengacara hak asasi manusia terkemuka Israel, mengatakan kepada Emma Graham-Harrison awal bulan ini.

[Menteri pertahanan], menyusun rencana operasional untuk melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan. Tidak kurang dari itu. Ini seluruhnya bertujuan pemindahan penduduk ke ujung selatan Jalur Gaza sebagai persiapan untuk deportasi ke luar jalur tersebut.

Meskipun pemerintah masih menyebut deportasi tersebut ‘sukarela’, orang-orang di Gaza sedang mengalami begitu banyak tindakan pemaksaan sehingga tidak mungkin keberangkatan dari jalur tersebut dipandang  secara hukum sebagai kelakuan bersifat konsensual.

Kalau mengusir seseorang dari tanah airnya, itu melakukan kejahatan perang, dalam konteks perang. Apabila dilakukan dalam skala besar seperti yang direncanakannya, artinya melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Sumber: The Guardian

In earlier news…

Indonesian Muslims Divided over Prabowo’s Gaza Plan, Fulcrum

By Ary Hermawan for ISEAS Yusof Ishak Institute’s Fulcrum Magazine, May 8, 2025

President Prabowo Subianto’s proposal on 9 April 2025 that his country temporarily shelter 1,000 injured Palestinians on humanitarian grounds has drawn strong criticism from several Indonesian Muslim leaders. They see the idea as poorly thought out, and worse, it potentially aligns with a much-decried plan pushed by the US and Israel to empty the Gaza Strip for development and tourism.

The controversy is unlikely to stop Prabowo from carrying out Indonesia’s proposal, as the chairmen of Nahdlatul Ulama (NU) and Muhammadiyah, the nation’s two largest Islamic organisations, have publicly endorsed it. This was despite genuine concerns raised by some high-profile members of both organisations; the chairs’ support indicates Prabowo’s ability to retain the loyalty of his core Muslim allies… (Baca selengkapnya di https://fulcrum.sg/indonesian-muslims-divided-over-prabowos-gaza-plan/.)

***

OIC-Arab League Meeting: Indonesia is Ready to Provide Medical Care for Gazans Injured in the War

By Singgih Wiryono, Dita Angga Rusiana for Kompas.com April 12, 2025

JAKARTA, KOMPAS.com – Indonesian Foreign Minister Sugiono said Indonesia was ready to evacuate Gaza residents who have been wounded during the war. FM Sugiono said this at a meeting of the Organization of Islamic Cooperation (OIC) and Arab League in Antalya, Türkiye, on Friday, April 11, 2025.

“FM Sugiono also said Indonesia was willing to provide medical treatment for Palestinians wounded and traumatized by the war,” wrote Indonesia’s Foreign Ministry on Saturday, April 12, 2025.

The evacuation would be carried out, FM Sugiono said, should all stakeholders agree. For this reason, Indonesia’s President Prabowo Subianto, also on a visit to the Middle East, is conducting consultations with a number of Middle Eastern leaders.

At the meeting, FM Sugiono also affirmed Indonesia’s support for realizing Palestinian independence based on a two-state solution. “The meeting agreed on the joint statement of the Antalya Ministerial Meeting for the Implementation of the Two State Solution and Lasting Peace in the Middle East,” Indonesia’s Foreign Ministry wrote.

Previously, President Subianto stated that Indonesia is ready to evacuate residents of Gaza, Palestine, who have been injured as a result of the brutal attacks in the region for treatment in Indonesia. “We are also ready to receive victimes injured, and would immediately send the Foreign Minister to discuss this with the Palestinian government, with the local authorities about how to go about this so we are ready to evacuate the injured,” Prabowo said. Indonesia’s Head of State said that any injured Palestinian resident was allowed to receive treatment in Indonesia, including orphans and residents traumatized by the attacks.

“We are ready to send planes to transport them. We estimate that perhaps the number would be 1,000 in the first wave,” said Prabowo. After recovering and the situation in Gaza is conducive, the Palestinian residents would return to the place they were from. “They would only be here temporarily until they recover. And when they had recovered and were healthy again, and the condition in Gaza made it possible, they would have to return to their place they were from. I think that is the Indonesian government’s stance,” President Prabowo explained.

This post is based on https://nasional.kompas.com/read/2025/04/12/14405441/di-forum-oki-liga-arab-indonesia-nyatakan-siap-rawat-korban-perang-gaza

Indonesian Foreign Minister Sugiono attends the Organization of Islamic Cooperation (OIC) conference in Antalya, Türkiye, Friday (04/11/2025). (Photo credit: Indonesian Ministry of Foreign Affairs)

In related news:

***

Trump Sarankan Warga Palestina Tinggalkan Gaza Agar Wilayah Bisa “Dibersihkan”

Emma Graham-Harrison, Yerusalem, Minggu, 26 Januari 2025, The Guardian

Presiden AS, Donald Trump, menyarankan agar warga Palestina dalam jumlah besar meninggalkan Gaza guna “membersihkan” wilayah tersebut. Pernyataan ini muncul setelah ia memerintahkan kelanjutan pengiriman bom seberat 2.000 pon ke Israel.

Berbicara di pesawat Air Force One setelah melakukan panggilan telepon dengan Raja Abdullah dari Yordania pada hari Sabtu, Trump mengusulkan pemindahan ini bisa bersifat “sementara atau jangka panjang.”

“Saya ingin bekerja sama dengan beberapa negara Arab untuk membangun perumahan di lokasi lain, di mana mereka bisa hidup damai,” ujarnya kepada wartawan. “[Hanya] ada sekitar satu setengah juta orang. Kita bersihkan wilayah itu dan, toh: ‘Selesai sudahlah.’”

Gaza saat ini dihuni oleh 2,3 juta penduduk. Trump mengaku telah meminta Raja Abdullah untuk menerima lebih banyak pengungsi Palestina. Yordania sendiri sudah menampung sekitar 2,4 juta pengungsi Palestina, mayoritas dari mereka adalah keturunan keluarga yang dibersihkan oleh Israel saat negara itu didirikan pada tahun 1948.

“Saya bilang padanya: Saya ingin Anda menerima lebih banyak orang, karena sekarang ini saya melihat Jalur Gaza dan itu benar-benar kacau. Saya ingin dia menerima mereka,” kata Trump.

Trump juga menyebut Mesir sebagai tujuan pengusiran dan berencana membahas hal ini dengan pemimpin Mesir Presiden Abdel Fattah al-Sisi. Sejak perang pecah pada tanggal 7 Oktober 2023, Mesir berulang kali menegaskan penolakannya terhadap pengusiran paksa warga Palestina dari Jalur Gaza dan telah memperketat penjagaan di perbatasannya. Presiden Sisi menegaskan bahwa memaksa pengungsi ke Sinai akan membahayakan hubungan dengan Israel, termasuk Perjanjian Damai 1979.

Mustafa Barghouti, politisi senior Palestina, dengan tegas menolak pernyataan Trump. Dalam pernyataannya kepada kantor berita Ma’an, ia menyebutnya sebagai upaya “pembersihan etnis” terhadap penduduk Jalur Gaza. “Rakyat Palestina bertekad untuk tetap tinggal di tanah air mereka,” katanya.

Di dalam Israel sendiri, seruan untuk pengursiran paksa warga Gaza semakin kencang disuarakan sejak perang dimulainya.

Pernyataan Trump disambut baik oleh politisi sayap kanan ekstrim yang mendukung pendudukan Jalur Gaza oleh kaum Yahudi. Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, menyebut ide Trump sebagai “gagasan luar biasa” dan mengatakan bahwa ia akan bekerja sama dengan perdana menteri serta kabinet Israel untuk menyusun “rencana operasional” guna mewujudkannya secepat mungkin.

Sebelum Trump menjabat kembali, seorang pejabat dari tim transisinya mengatakan bahwa pemerintahannya sedang mempertimbangkan pengusiran dua juta warga Palestina sebagai bagian dari rekonstruksi Jalur Gaza jika gencatan senjata tetap berlaku. Indonesia disebut sebagai salah satu tujuan potensial, meskipun juru bicara pemerintah Indonesia mengaku belum menerima informasi terkait rencana tersebut.

Hingga kini, Trump belum memaparkan visi apa pun mengenai masa depan Jalur Gaza pascaperang. Namun, saat menandatangani ketetapan presiden setelah pelantikannya, ia menggambarkan negara Gaza sebagai prospek real estat yang menarik, dengan lokasi tepi laut dan cuaca yang baik.

“Saya melihat foto Gaza, itu seperti proyek pembongkaran besar-besaran,” ujarnya Selasa lalu. “Tempat itu harus dibangun kembali dengan cara yang berbeda.”

Pemerintah Qatar, yang berperan sebagai mediator dalam jeda pertempuran di Gaza, menegaskan bahwa “semua rencana yang mengarah pada relokasi atau pendudukan ulang” adalah garis merah yang tidak dapat dilewati.

Pemerintahan baru Trump telah menjanjikan “dukungan tanpa syarat” kepada negara Israel. Posisi strategis dalam pemerintahan kini diisi oleh pendukung garis keras perluasan Israel, termasuk duta besar AS untuk PBB. Dalam siding konfirmasinya di Senat AS, duta besar tersebut menyatakan bahwa ia menganggap Israel memiliki “hak berdasarkan Alkitab” atas Tepi Barat, wilayah yang diduduki Israel sejak Perang 1967 namun diakui oleh mayoritas dunia sebagai bagian dari negara Palestina di masa depan.

Pada Sabtu, Trump juga mengumumkan dimulainya kembali pengiriman bom seberat 2.000 pon ke Israel, keputusan yang telah lama diantisipasi. Presiden Biden sebelumnya menghentikan pengiriman bom jenis ini karena kekhawatiran atas tingginya jumlah korban penduduk sipil di Gaza, mengingat daya ledaknya yang mampu menembus beton tebal dan struktur logam dalam radius luas.

Ketika ditanya mengapa ia kembali mengirimkan bom-bom tersebut, Trump menjawab sinis: “Karena mereka membelinya.”

Pemerintahan Biden sebelumnya telah mengirimkan ribuan bom jenis ini ke Israel sebelum akhirnya menghentikan pengiriman tahun lalu.

This article is based on https://www.theguardian.com/us-news/2025/jan/26/trump-resumes-sending-2000-pound-bombs-to-israel-undoing-biden-pause and is not authorized.

In related news:

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Trending

Discover more with Stories From Indonesia

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue Reading