Putinisme Selamanya: Jawaban Otokrat Rusia terhadap Masalah Suksesi
Oleh Michael Kimmage dan Maria Lipman, Majalah Foreign Affairs, Maret 13, 2024
Pada tahun 2012, setelah empat tahun menjabat perdana menteri, Vladimir Putin sekali lagi menjadi presiden Rusia. Banyak warga Rusia yang membenci kepulangan Putin yang direkayasa: sebelum pemilihan presiden tahun 2012, “Rusia Tanpa Putin” telah menjadi poster populer dalam demonstrasi. Ketidakpuasan mereka ada hubungannya dengan Putin sendiri dan juga karena sistem politik Rusia yang terus berkembang. Tidak ada lembaga atau klausul dalam konstitusi Rusia yang dapat membatasi Putin. Tidak ada yang menghalangi jalannya.
Putinisme tahap awal ditandai dengan perpaduan antara rasa puas diri dan ketidakpedulian publik. Rasa berpuas diri berkembang ketika perekonomian Rusia berkembang antara tahun 2000 dan 2008, delapan tahun pertama masa kepresidenan Putin, yang memungkinkan munculnya kelas menengah Rusia. Ketidakpedulian, yang sebagian ditanamkan Kremlin dengan menghambat partisipasi publik dalam politik, turut membantu semakin berkembangnya otoritarianisme rezim tersebut. Seseorang tidak perlu mencintai Putin; cukuplah tidak peduli bagaimana dia tetap berkuasa. Hingga tahun 2022, Rusia telah berlabuh pada tempat yang baru: Putinisme masa perang. Rusia versi ini sepenuhnya otoriter dan sebagian dimobilisasi untuk berperang, namun masih ada ruang tersisa untuk berpuas diri dan acuh tak acuh.
Dari tanggal 15 hingga 17 Maret 2024, pemilihan presiden yang semu bakal diadakan lagi di Rusia. Formalitas prosedural—kandidat, kampanye, kotak suara itu sendiri—tidak akan mempengaruhi hasil yang telah ditetapkan Kremlin. Kini, di tahun ke-25 kekuasaannya, Putin akan menjalani masa jabatan enam tahun lagi. Pada akhirnya, ia berhak mencalonkan diri lagi dan memperpanjang masa pemerintahannya hingga tahun 2036… Baca selengkapnya di https://www.foreignaffairs.com/russian-federation/vladimir-putin-forever-putinism.
Featured image credit: Featured image credit: Excerpt from “Carnival Trap 1”, created by Eko Nugroho, Yogyakarta, Indonesia, 2018 https://searchthecollection.nga.gov.au/object/325766. (For another recent exhibition by Eko Nugroho see Heads Full of Empty Views, Danysz Paris 2022.)
In related news:
Presiden Jokowi akan mengakhiri masa jabatannya pada 20 Oktober mendatang. Meskipun masih berstatus Kader PDI-P, tapi muncul kabar bahwa Jokowi akan ke partai Golkar meninggalkan PDI-P. Jokowi juga digadang-gadang akan membuat koalisi besar pendukung Prabowo-Gibran. Jadi akan kemana sebenarnya Jokowi melangkahkan kaki? Benarkah ada skenario yang disiapkan agar Jokowi tetap punya kuasa meski tak lagi jadi orang nomor satu di Istana?
Simak pembahasannya bersama sejumlah narasumber dalam SATU MEJA THE FORUM episode MASA DEPAN JOKOWI, PIMPIN GOLKAR ATAU KOALISI BESAR?





Leave a Reply